• SMP NEGERI SATU ATAP 2 BANJAR
  • -

UPAYA DALAM PENGEMBANGAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

 

oleh  I Made Merta,S.Pd.Ina

 

Pendahuluan

        Pendidikan karakter bangsa dewasa ini dalam keadaan mengkhawatirkan. Hal ini antara lain dapat ditujukkan dengan meningkatnya praktek pelanggaran hukum, seperti penyalahgunaan narkoba, melakukan hubungan seks di luar nikah, praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, tawuran antar pelajar, konflik sosial, premanisme,  tindakan kekeran, pembunuhan dan lain sebagainya.Keadaan yang demikian menyebabkan kehidupan manusia semakin tidak nyaman, menimbulkan rasa cemas dan ketakutan, dan semakin mengkhawatirkan tentang masa depan bangsa.

Adanya tanda-tanda zaman yang dapat menghancurkan masa depan bangsa. Thomas Lickona, Profesor dari Cortland University, sebagaimana dikutip Masnur Muslich mengatakan, adanya 10 (sepuluh) tanda sebuah bangsa menuju kehancuran, yaitu: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; (2)penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk; (3)pengaruh peer-group yang kuat dalam tindakan kekerasan; (4)meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas; (5)semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; (6)menurunnya etos kerja; (7)semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; (8)rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; (9)membudayanya ketidakjujuran, dan (10)adanya rasa saling curiga dan kekerasan di antara sesama. Jika dicerna, ternyata sepuluh tanda zaman tersebut sudah ada di Indonesia .

Adanya sebagian masyarakat yang memiliki mental block (penyakit mental), yaitu cara cara berfikir dan berperasaan yang terhalang oleh ilusi-ilusi yang sebenarnya membuat kita terhambat untuk melangkah menuju kesuksesan. Gejala-gejala mental block tersebut antara lain: (1)suka mengeluh; (2)memiliki virus perusak; (3)konflik batin; (4)tidak ada perubahan kehidupan, dan (5)tidak mau mengambil resiko. Mental block tersebut terjadi disebabkan, antara lain: (1)karena pandangan yang buruk terhadap kemampuan diri sendiri (bad self image); (2)pengalaman yang buruk (bad experience); (3)lingkungan yang buruk (bad environment); (4)rujukan yang buruk (bad reference); dan (5)pendidikan yang buruk (bad education). Virus perusak tersebut, antara lain: suka menyalahkan orang lain, mencari-cari alasan, mencari-cari pembenaran, mengedepankan gengsi, malas, takut mengambil resiko, cenderung menunggu, tidak percaya diri dan buruk sangka.Mental Block yang demikian itu gejala-gejalanya sudah merata di kalangan masyarakat, bahkan di sekolah, serta erat kaitannya dengan lahirnya sepuluh tanda zaman yang dapat menghancurkan masa depan bangsa.

 Dalam artikel ini dapat dirumuskan masalahnya adalah bagaimana upaya meningkatkan pendidikan karakter di sekolah,Tujuannya penulisan artikel ini   ialah untuk mengikuti lomba inovasi pembelajaran; sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja dalam kegiatan dalam karya tulis ilmiah; meningkatkan kemampuan dalam berliterasi dan wawasan pengetahuan tentang bagaimana memperkuat pendidikan karakter di sekolah.Kemudian,manfatnya adalah secara secara konseptual dapat memperkaya teori tentang upaya-upaya bagaimana mengembangkan pendidikan karakter di sekolah dan secara praktis dapat memberikan gambaran mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah dan menjadikan suatu kebiasaan dan budaya kehidupan sehari-hari di sekolah. Dalam analisis persoalan artikel ilmiah ini, penulis menggunakan metode literatur. Penulis menggunakan beraneka variasi sumber pustaka dan internet yang memaparkan  seputar uapaya memperkuat pendidikan karakter  Kemudian,data itu penulis mengolah sebagai sumber rujukan dalam penulisan artikel ilmiah ini.

Menghadapi abad ke 21 yang ditandai dengan berbagai kecenderungan global. Setidaknya terdapat 3 (tiga) kecenderungan penting yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Pertama, berlangsungnya revolusi industri keempat yang ditandai dengan fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam era revolusi digital.Kedua, perubahan peradaban masyarakat yang ditandai dengan berubahnya sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan termasuk Pendidikan.Ketiga,semakin tegasnya fenomena Abad Kreatif yang menempatkan informasi, pengetahuan, kreativitas, inovasi dan jejaring sebagai sumber daya strategis bagi individu, masyarakat, korporasi, dan negara.

Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia di tahun 2045. Salah satu upaya yang dilakukan dengan memunculkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk menguatkan karakter generasi muda agar memiliki keunggulan dalam persaingan global abad 21. Bisa dibilang pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat penting di dalam membentuk kepribadian anak yang unggul, mempunyai etos kerja tinggi, inovatif namun berbudi luhur.

Dasar pertimbangan yang lain adalah kebijakan Presidsen Repubblik Indonesia,Bapak Joko Widodo kemunculan Pendidikan Pendidikan Karakter .Adapaun kebijakan itu adalah :

  • Agenda Nawacita No. 8: Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental.
  • Trisakti: Mewujudkan Generasi yang Berkepribadian dalam Kebudayaan.
  • RPJMN 2015-2019: “Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran”.
  • Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
  • Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal.

Sesuai dengan apa yang telah disebutkan di atas  atas, hal inilah yang melatarbelakangi munculnya pendidikan berkarakter. Pendidikan karekter itulah sendiri dianggap yang paling jitu dalam mengatasinya karena pendidikan karakter pada abad ke-21 ini dapat dipahami sebagai upaya menanamkan, membiasakan, menyontohkan, dan melatihkan tentang praktek pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang berkaitan dengan karakter bangsa, sehingga karakter  tersebut menjadi jati dirinya, pribadinya, pola pikir, cara pandang, identitasnya, dan sekaligus kecintaan dan kebanggaannya sebagai bangsa, serta meyakininya, bahwa nilai-nilai karakter  tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa tersebut dijabarkan dan dielaborasi dari ideologi dan falsafat hidup bangsa Indonesia, Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, serta berbagai pikiran dan pandangan yang dikemukakan para tokoh nasional Indonesia yang diakui kredibelitas, loyalitas, komitmen, kecintaan dan kesungguhannya dalam memajukan bangsa Indonesia.

 PEMBAHASAN

Landasar Hukun Pendidkan Karakter

Sebagaimana pula yang tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional Nomor 20 Pasal 3 tentang sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretaif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter. Atas dasar tersebut, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (https://setkab.go.id/inilah-materi-perpres-no-87-tahun-2017-tentang-penguatan-pendidikan-karakter , 6 September 2017)

Pengertian PPK( Penguatan Pendidikan Karakter )

Penguatan  Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung  jawab   satuan   pendidikan   untuk memperkuat  karakter  peserta  didik   melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir,  dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat  sebagai bagian dari  Gerakan  Nasional  Revolusi Mental  (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017).

Tujuan Program PPK

  1. a. membangun dan membekali  Peserta  Didik   sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045  dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan;

b.mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan  pendidikan karakter  sebagai  jiwa  utama dalam penyelenggaraan pendidikan  bagi Peserta  Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur  formal,  nonformal,  dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;  dan

  1. merevitalisasi       dan     memperkuat      potensi     dan

kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik,  masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan  PPK.

 Nilai Dalam PPK

PPK     dilaksanakan     dengan    menerapkan     nilai-nilai Pancasila dalam  pendidikan karakter  terutama  meliputi nilai-nilai religius, jujur,  toleran,  disiplin,  bekerja  keras, kreatif,  mandiri,  demokratis,  rasa ingin  tahu,  semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,  peduli sosial, dan bertanggungjawab.

Prinsip Pelaksanaan PPK

 Dalam pelaksanaannya, PPK  menggunakan prinsip :

a.berorientasi    pada   berkembangnya  potensi    Peserta

 Didik  secara menyeluruh dan terpadu;

b.keteladanan   dalam  penerapan   pendidikan  karakter pada masing-rnasing lingkungan  pendidikan; dan

c.berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.

 Penyelenggaraan  PPK  pada  Satuan  Pendidikan jalur Pendidikan     Formal  dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan:

a.Intrakurikuler; (penguatan materi pemebelajaran,metode)

b.Kokurikuler;  dan (pendalaman / pengayaan

c.Ekstrakurikuler (pengembangan bakat/minat) atau dengan kata lain pelaksanaan PPK dapat dilakukan setiap hari meliputi; (1) Kegiatan pembiasaan pagi melalui upacara bendera tiap hari senin, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu nasional, berdoa bersama, pembacaan Asmaul Husna, dan kegiatan literasi selama15 menit sebelum pembelajaran (2) Kegiatan intra-kurikuler melalui kegiatan belajar mengajar; (3) Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang diikuti sesuai minat dan bakat peserta didik yang dilakukan di bawah bimbingan guru/pelatih/melibatkan orang tua dan masyarakat yaitu dengan kegiatan keagamaan, pramuka, PMR, Paskibra, kesenian, Bahasa dan Sastra, KIR, jurnalistik, olahraga, dsb; (4) Kegiatan pembiasaan akhir pembelajaran yaitu peserta didik melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa bersama. Untuk hari Sabtu dan Minggu digunakan untuk kegiatan PPK bersama orang tua dan lingkungan/sesama.

PPK pada Satuan Pendidikan Formal diselenggarakan dengan mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi:

a.sekolah;

b.keluarga; dan

c.masyarakat.

Penyelenggaraan PPK yang mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan sebagaimana dimaksud dalamPasal 5dilaksanakan dengan pendekatan berbasis:

a.kelas

b.keluarga; dan

c.masyarakat

Pendekatan berbasis kelas dilakukan dengan:

a.mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran secara tematik atau terintegrasi dalam mata pelajaran sesuai dengan isi kurikulum;

b.merencanakan pengelolaan kelas dan metode pembelajaran/pembimbingan sesuai dengan karakter peserta didik;

c.melakukan evaluasi pembelajaran/pembimbingan;dan

d.mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah, satuan pendidikan,dan peserta didik ;

Pendekatan berbasis budaya sekolah dilakukan dengan:

a.menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah;

b.memberikan keteladanan antar warga sekolah;

c.melibatkan seluruh pemangku kepentinganpendidikan di sekolah;

d.membangun dan mematuhi norma, peraturan, dan tradisi sekolah;

e.mengembangkan keunikan, keunggulan, dan daya saing sekolah sebagai ciri khas sekolah;

f.memberi ruang yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi;dan

g.khusus bagi peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan pendidikan jenjang pendidikanmenengah diberikan ruang yang luas untukmengembangkan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Pendekatan berbasis masyarakat dilakukan dengan:

a.memperkuat peranan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama pendidikandan Komite Sekolahsebagai lembaga partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi prinsip gotong royong;

b.melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumberbelajar seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia industri; dan

c.mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga informasi.

 

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa

Ada 18 (delapan belas) nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010:9-10), sebagaimana dalam tabel berikut:

No.

Nilai

Deskripsi

1

Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2

Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3

Toleransi

Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4

Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

5

Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatanbelajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6

Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.

7

Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8

Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9

Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10

Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11

Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12

Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

1`3.

Bersahabat/

Komuniktif

 

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14

Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15

Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16

Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17

Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18

Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

 

Delapan belas  (18) nilai karakter tersebut disarikan menjadi lima (5 ) yakni 1.Religiositas         : Menjalankan segala perintah-Nya

2.Nasionalisme       : Cinta tanah air

3.Kemandirian        : Kerja keras,kreatif dan inovatif

4.Gotong –royong : Solidaritas,kerja sama

5.Integritas                         : kejujuran,keteladanan,komitmen

Literasi  

Literasi ialah kemampuan menulis dan membaca. Kamus online Merriam-Webster,Literasi berasal dari istilah latin ‘literature‘ dan bahasa inggris ‘letter‘. literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).”

Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia.           

Literasi pada awalnya dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal.

Uji literasi membaca dalam PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496).Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Data PIRLS dan PISA tersebut menunjukkan  bahwa dalam keterampilan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) peserta didik Indonesia tergolong rendah.

Rendahnya keterampilan tersebut membuktikan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi pembelajaran yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.

Gerakan Literasi Sekolah ini bertujuan membiasakan dan memotivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Dalam jangka panjang, diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan literasi tinggi.

Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Karena itulah, buku-buku yang dibagikan untuk sekolah adalah buku-buku yang dapat menumbuhkan budi pekerti di antaranya buku cerita atau dongeng lokal, buku-buku yang menginspirasi seperti biografi tokoh lokal dan biografi anak bangsa yang berprestasi, buku-buku sejarah yang membentuk semangat kebangsaan atau cinta tanah air.

            Kegiatan literasi ini tidak hanya membaca, tetapi juga dilengkapi dengan kegiatan menulis yang harus dilandasi dengan keterampilan atau kiat untuk mengubah, meringkas, memodifikasi, menceritakan kembali, dan seterusnya.

            Sekolah dan masyarakat perlu mengembangkan praktik dan keterampilan menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun bentuk-bentuk teks inovatif, simbol, dan multimedia Beragam teks yang digunakan dalam satu konteks ini disebut teks multimodal (multimodaltext). Adapun pembelajaran yang bersifat multiliterasi--menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran dengan memadukan keterampilan abad ke-21 (keterampilan berpikir tingkat tinggi)--diharapkan dapat menjadi bekal kecakapan hidup sepanjang hayat (Word Economic Forum, 2016).

Hal ini sesuai dengan apa yang tersaji dalam peta jalan gerakan literasi nasional (GLN). Dalam buku tersebut, makna dan cakupan literasi meliputi: :”(a) literasi sebagai rangkaian kecakapan membaca, menulis, berbicara, kecakapan berhitung, dan kecakapan dalam mengakses dan menggunakan informasi; (b) literasi sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks; (c) literasi sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis sebagai medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan , dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari, (d) literasi sebagai teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan tingkat kompleksitas bahasa.”

Berdasarkan uraian tersebut, istilah literasi merupakan sesuatu yang terus berkembang atau terus berproses, yang pada intinya adalah pemahaman terhadap teks dan konteksnya sebab manusia berurusan dengan teks sejak dilahirkan, masa kehidupan, hingga kematian, Keterpahaman terhadap beragam teks akan membantu keterpahaman kehidupan dan berbagai aspeknya karena teks itu representasi dari kehidupan individu dan masyarakat dalam budaya masing-masing.

Komunitas sekolah akan terus berproses untuk menjadi individu ataupun warga sekolah yang literat(literat  bahasa, numerasi, sains, digital, finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan), yang akhirnya literat menjadi kultur atau budaya yang dimiliki individu atau sekolah tersebut.

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi /HOTS

Keterampilan berpikir tingkat tinggi dikenal sebagi Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah proses berfikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, mengnalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. (Resnick:1987).

Pondasi awal tujuan penerapan PPK adalah membangun generasi ideal yang menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh siswa meliputi: pertama, Kualitas karakter yaitu bagaimana siswa beradaptasi pada lingkungan yang dinamis meliputi karakter religius, nasionalis, mandiri, integritas, gotong royong, toleransi, tanggungjawab, kreatif dan peduli lingkungan.; kedua, Literasi dasar yaitu bagaimana siswa menerapkan keterampilan dasar sehari-hari yang meliputi literasi baca tulis, berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi, finanSial, budaya dan kewarganegaraan; dan ketiga, Kompetensi yaitu bagaimana siswa memecahkan masalah kompleks meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi (Kemdikbud, 2016).

Penguatan pendidikan karakter di sekolah harus dapat menumbuhkan karakter siswa untuk dapat  berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan berkolaborasi yang mampu bersaing di abad 21 atau disebut  dengan empat kompetensi/keterampilan  abad 21 atau  yang disebut 4C.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi.

  • Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya.
  • Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat diubah,melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiridari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran alam belajar.
  • Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif.
  • Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran, kemampuananalisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah keterampilan tingkat rendah , yaitu mengingat (Remembering), memahami (Understanding), dan menerapkan (Applying), dan kedua adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu, menganalisis (Analyzing), mengevaluasi (Evaluating), dan mencipta (Creating) Pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu adalah pembelajaran yang melibatkan 3 aspek yaitu; Transfer of knowledge, Critical and Creative, dan Problem Solving.

Berpikir kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif, menghasilkan banyak kemungkinan solusi, berbeda, dan bersifat lateral.
Keterampilan berpikir kritis dan kreatif berperan penting dalam mempersiapkan peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis.

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Problem solving
adalah keterampilan yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan masalah muncul pada kehidupan sehari-hari. Proses mengingat, memahami, dan menerapkan dalam perkembangan lebih lanjut dikategorikan dalam recalling, sedangkan menganalisis, mengevaluasi, mencipta dikategorikan dalam transferring atau processing. Menurut Anderson dan Krathwohl belajar untuk transfer merupakan belajar bermakna yang menggunakan proses kognitif lebih rumit. Menganalisis dan mengevauasi digolongkan ke dalam berpikir kritis (critical tinking), sedangkan menciptakan digolongkan ke dalam berpikir kreatif (creative thinking).

Dalam pembelajaran saintik, selain guru membimbimbing dan mengarahkan siswa menjadi peserta didik, siswa pun digiring untuk melaksanakan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skills). Pada pembelajaran HOTS, siswa bukan hanya diarahkan untuk sekedar mengetahui (C-1), memahami (C-2), dan menerapkan (C-3) yang dikenal dengan kognitif tingkat rendah atau LOTS (Lower Order Thinking Skills), tetapi ditingkatkan kepada ranah menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mencipta (C-6).

Pada pembelajaran HOTS, siswa didorong untuk untuk berpikir kritis dan dan menyelesaikan masalah melalui pengerjaan tugas atau projek. Guru memberikan rangsangan atau stimulant yang agar siswa terangsang untuk berpikir, menyampaikan tanggapan, ide, atau bahkan solusi yang dari rangsangan yang diberikan. Rangsangan bisa dalam bentuk sebuah kasus yang diambil dari berita, kisah yang dibuat oleh guru, atau fenomena yang sedang terjadi di masyarakat.

Pembelajaran pun perlu dilakukan secara kontekstual agar berjalan lebih menarik. Agar suasana pembelajaran lebih hidup dan menarik, guru membuka perlu membuka ruang kepada siswa untuk berekspresi dan berpendapat agar siswa memiliki kepercayaan diri untuk menyampaikan pendapat. Kemampuan berpikir kritis siswa juga dapat dilatih melalui kegiatan eksperimen di laboratorium.

Sebelum menerapkan pembelajaran HOTS, terlebih dahulu guru menyusun  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan mengimplementasikan HOTS. Kata-kata Operasional (KKO) yang tercantum pada Indikator Ketercapaian Kompetensi (IPK) perlu dicantumkan hal yang menghasilkan kompetensi siswa pada ranah C-4, C-5, atau C-6. Walau demikian, tidak setiap Kompetensi Dasar (KD) dapat dijadikan sebagai HOTS. Kalau dipaksakan menjadi HOTS, disamping menjadi rancu, juga akan mempersulit guru dalam pembelajaran dan mengukur hasil belajarnya.

Guru diharapkan untuk menggunakan atau mengembangkan mode-model pembelajaran yang lebih variatif agar pembelajaran lebih menyenangkan dan menantang. Pembelajaran yang HOTS ditindaklanjuti dengan penilaian HOTS. Soal-soal yang diberikan harus mengukur ketercapaian siswa pada ranah C-4, C-5, dan C-6, disesuaikan dengan KKO yang telah ditetapkan pada RPP. Instrumen test yang digunakan bisa dalam bentuk soal Pilihan Ganda (PG) atau uraian.

Soal pilihan ganda  dan yang berorientasi pada HOTS tentunya bukan sekedar menanyakan sekedar menanyakan "apa?", "siapa?", "kapan?" dan "dimana?", tetapi menanyakan "mengapa?" dan "bagaimana?". Berdasarkan kepada hal tersebut, maka guru harus banyak membiasakan soal-soal HOTS kepada siswa, agar siswa terbiasa mengasah nalar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan solutif.

 Adiwiyata

Secara etimologis kata adiwiyata merupakan gabungan dua kata dari bahasa Sansekerta "adi" yang memiliki arti agung, sempurna, atau ideal dan "wiyata" yang berarti tempat seseorang mendapat ilmu, etika, norma, dan moral. Adiwiyata dapat diartikan tempat/skolah  yang agung/sempurna/ideal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, etika, norma, dan moral.

Dalam perkembangan, adiwiyata bermakna: adalah tempat/sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat memperoleh segala ilmu pengetahuan dan  berbagai norma serta juga etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup juga cita-cita pembangunan berkelanjutan( Pasal 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 pada Tahun 2009).

        Adiwiyata merupakan  salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Tujuan Program Adiwiyata adalah : menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya penyelamatan lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia.

Program Adiwiyata harus berdasarkan norma-norma kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Prinsip Program Adiwiyata adalah 1. Partisipataif :Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab,2. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif

Bahwa pengembangan sekolah adiwiyata bukan sekedar menjawab tantangan ekologis yang dirasakan saat ini. Pengembangan sekolah adiwiyata harus merupakan bagian dari pengembangan pendididkan karakter (PPK) sebab  dalam rangka mengatasi persoalan lingkungan hidup, tidak cukup dengan kampanye tentang upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup,tetapi  harus menjadi karakter tiap insan manusia. 

Pendidikan karakter berupaya menjadikan diri agar hidup lebih baik.. Penerapan pendidikan karakter melalaui program sekolah adiwiyata diprogramkan di awal tahun pelajaran dan berkelanjutan sepanjang sekolah itu berdiri.Selanjutnya, sekolah adiwiyata merupakan bagian dari pengembangan pendidikan karakter, maka  harus dijalankan sesuai keunggulan kebudayaan lokal. Aktivitas sekolah adiwiyata dapat berupa langkah-langkah awal seperti stop penggunaan sampah plastik, penanaman pohon (satu anak satu pohon), penataan taman kelas, kerajinan tangan berbahan dasar bahan alami, aksi pungut sampah plastik dan mengajak masyarakat bijak terhadap sampah,pelopor hidup  sehat,kawasan anpa rokok( KTR), makanan terbebas dari 5 P( Pengawet,  Pengenyal, Pemanis buatan,Pewarna,Penyedap).Semuanya dimulai dari para pendidik, tenaga pendidik, dan peserta didik. Bermula dari diri, berlanjut di kelas, dan dijadikan budaya sekolah.

Melalui kegiatan sekolah adiwiyata kita berupaya menciptakan genarasi berkarakter. Generasi yang peduli lingkungan hidup. Insan yang senang dengan lingkungan yang sehat, bebas sampah plastik, indah, hijau, dan berdampak pada ekosistem akademik yang damai. Generasi yang mampu mewujudkan lingkungan hidup yang homeostatis (stabil dan seimbang).

Kesimpulan dan Saran

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan upaya  pemerintah untuk membenahi sistem pendidikan. Pembenahan sistem pendidikan juga dilakukan dengan melakukan penyempurnaan kurikulum.. Penyempurnaan  ini membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) guna mempersiapkan generasi ideal yang mampu menghadapi segala tantangan.

 Pembelajaran penerapan pendekatan saintifik, HOTS, literasi, dan pendidikan karakter dalam pembelajaran merupakan satu kesatuan dan saling melengkapi dalam rangka membentuk generasi emas Indonesia 2045 yang cerdas dan berkarakter. Seluruh pendekatan tersebut terkandung nilai-nilai pendidikan karakter : kerja sama, kerja keras, sungguh-sungguh, tekun, sabar, belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain, saling menghormati, saling menghargai, komunikatif, kreatif, inovatif, jujur, disiplin, tertib, tanggung jawab, dan sebagainya. Sekolah adiwiyata berkaitan langsung dengan perhatian kita kepada pelestarian lingkungan hidup yang diterapkan melalui penerapan pendidikan karakter berkelanjutan.

Penerapan PPK ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan karakter positif peserta didik melalui berbagai kegiatan pembiasaan,intrakurikuler,ko-kurikuler, ekstrakurikuler,peningkatan literasi dasar, kompetensi berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaborasi generasi muda.

 Dengan pembelajaran HOTS peserta didik tidak hanya menghafal tetapi juga memahami dan mampu menerapkannya  dalam kehidupan sehari-hari.

            Untuk menyukseskan program ini, tugas dan peran guru serta kepala sekolah dalam implementasi PPK sangat diperlukan dan mendesain keterlibatan publik yakni orang tua dan masyarakat untuk peningkatan kualitas sekolah.

Melalui kegiatan sekolah adiwiyata kita berupaya menciptakan genarasi berkarakter. Generasi yang peduli lingkungan hidup. Insan yang senang dengan lingkungan yang sehat, bebas sampah plastik, indah, hijau, dan berdampak pada ekosistem akademik yang damai. Generasi yang mampu mewujudkan lingkungan hidup yang homeostatis (stabil dan seimbang).Semoga!  ***

 

 

 

Daftar Rujukan

Astuti, P.  Interasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan (Higher Order Thinking Skills/HOTS) Dala Pembelajaran

Depdiknas. 2001. Pedoman Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Idris Afandi ( Kompasiana Com,10 April 2020)”Sekolah Adiwiyata dan Pendidikan Budi Pekerti”

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter  Pada Satuan Pendddikan Formal.

Viktor Sekundus ( Kompasiana Com,10 April 2020)”Implementasi Pendidikan Karakter Pada Program Adiwiyata”

Widyaiswara, LPMP Jabar. (Kompasiana Com,10 April 2020)” Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS)”

 

Lampiran :

Gambar sebagai ilustrasi

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
MPLS SMP NEGERI SATU ATAP 2 BANJAR TAHUN PELAJARAN 2022/2023, MENGENALKAN LINGKUNGAN BELAJAR SECARA UTUH LEWAT MPLS

Setelah selama dua tahun kemarin dunia pendidikan dihadapi masa pandemi Covid-19, kini sekolah-sekolah di Indonesia sudah diizinkan melaksanakan tatap muka.  Begitu pula dengan keg

25/07/2022 10:50 - Oleh Administrator - Dilihat 298 kali
UPAYA MEMPERTAHANKAN BUDAYA BALI MELALUI EKSTRAKURIKULER MEJEJAITAN

Oleh: Ni Luh Putu Sri Handayani, S.Pd Setiap orang Bali baik laki maupun perempuan dituntut banyak menguasai hal yang berkaitan dengan proses ritual, persembahyangan, adat dan buda

02/09/2020 05:25 - Oleh Administrator - Dilihat 395 kali
SURAT

Dengan kemajuan teknologi  dalam bidang komunkasi seperti hand phone(telepon genggam) masyarakat demikian cepat berkomunikasi dengan temannya ,keluarganya, dan dengan siapapun tanp

16/08/2020 20:50 - Oleh Administrator - Dilihat 564 kali
BANGGA

Kini sudah menjadi fenomena  di kalangan anak-anak remaja yang berstatus sebagai  anak-anak sekolah dasar maupun menengah bahwa setiap menjelang tahun baru dan akhir tahun pel

16/08/2020 20:45 - Oleh Administrator - Dilihat 394 kali
BAHASA DAERAH DI MEDIA CETAK

Bahasa  menjadi ciri identitas satu bangsa.Melalui bahasa  orang dapat mengidentifikasi  kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat p

16/08/2020 20:40 - Oleh Administrator - Dilihat 531 kali